MERANGIN – Belum lama diresmikan oleh Bupati Merangin, Pasar Rakyat Kota Bangko justru menuai keluhan dari para Pedagang Kaki Lima (PKL). Mereka mengaku merugi akibat sepinya pembeli dan tingginya biaya operasional di lokasi baru tersebut.
Keluhan itu disampaikan sejumlah PKL saat ditemui wartawan, Rabu (4/6/2025). Fatmawati, salah satu pedagang, mengatakan bahwa ia berjualan demi membantu ekonomi keluarga setelah usaha suaminya tidak lagi berjalan. Namun, relokasi ke pasar baru justru membuatnya kesulitan mencari nafkah.
Ia mengaku harus membayar Rp 6 juta untuk satu tenda, ditambah berbagai pungutan rutin seperti kebersihan Rp 2.000, retribusi pasar Rp 2.000, serta biaya listrik Rp 150 ribu per bulan—tiga kali lipat dari tempat sebelumnya. Bahkan, ia juga diminta membayar pungutan mingguan Rp 10 ribu meski hanya diberi karcis Rp 3 ribu.
“Baru jualan tiga hari, sudah diminta bayar 150 ribu. Padahal cuma pakai satu bola lampu,” keluhnya. Dalam sehari, Fatmawati mengaku hanya meraih pendapatan Rp 200–300 ribu, jauh dari modal Rp 500 ribu.
Keluhan serupa disampaikan Eka Sartika, pedagang lain di Pasar Rakyat. Ia mengeluhkan kondisi pasar yang sepi dan terhalang parkir mobil bongkar muat yang menutupi lapak. Sebelumnya ia bisa meraup omzet hingga Rp 800 ribu, kini hanya sekitar Rp 200 ribu.
“Modal Rp 300 ribu, kadang cuma dapat Rp 200 ribu. Rugi terus. Kalau begini terus, bisa-bisa tiga bulan lagi bangkrut,” ujar ibu empat anak itu dengan wajah lesu.
Para pedagang berharap pemerintah daerah segera mengambil tindakan dan memberi solusi nyata. Mereka juga meminta izin untuk kembali berjualan di lokasi lama yang dinilai lebih strategis dan ramai pengunjung.***