Kepsek SDN 179/X Nipah Panjang Membantah Adanya Larang Berjualan Diaera Sekolah Dihadapan Warga, Paslon Agus-Nazar Sampaikan Program Unggulan Dukungan Semakin Kuat, Desa Bungo Tanjung dan Jambu Siap Menangkan Pasangan Calon Agus – Nazar Sipropam Polres Tebo Gelar Gaktiplin di Polsek Tebo Ilir Dillah-Muslimin Calon Bupati Nomor Urut Dua Hadiri HUT ke 25 Tanjabtim

Home / OPINI

Minggu, 20 Oktober 2024 - 18:26 WIB

Pendidikan Politik: Membangun Kesadaran Masyarakat Dalam Memilih Pemimpin

hayatullah qomainy 
mahasiswa ilmu sosial ilmu politik unja

hayatullah qomainy mahasiswa ilmu sosial ilmu politik unja

OPINI, INFONEGERIJAMBI.COM – Era di mana demokrasi seharusnya menjadi suara rakyat, Kabupaten Sarolangun malah menghadapi kenyataan pahit: suara bisa dibeli dengan harga yang murah. Praktik politik uang bukan sekadar isu sampingan; ia telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pemilihan umum di daerah ini. Menurut hemat penulis, jika kita terus membiarkan fenomena ini, kita bukan hanya merusak proses demokrasi, tetapi juga menghancurkan masa depan regenerasi serta masyarakat.

 

Mari kita jujur: politik uang di Sarolangun tidak hanya mencolok, ia telah merusak integritas pemilu hingga ke akar-akarnya. Dalam setiap pilkada, kita menyaksikan calon-calon yang lebih sibuk menghitung amplop daripada visi dan misi. Kita berada dalam situasi di mana pemilih terpaksa menjual hak suaranya demi imbalan finansial.

 

Rendahnya pendidikan politik dan kesadaran masyarakat mempengaruhi situasi ini. Banyak pemilih yang tidak memilah antara calon yang berkualitas dan yang sekadar menawarkan uang. Dalam suasana ini, pilihan yang diambil tidak mencerminkan harapan untuk perubahan, tetapi lebih pada kepentingan sesaat. Lebih parah lagi, praktik politik uang menciptakan ruang bagi korupsi yang lebih luas. Calon-calon yang terpilih dengan cara ini merasa terikat untuk mengembalikan “investasi” yang telah mereka lakukan selama kampanye. Keputusan-keputusan yang diambil cenderung berpihak kepada para penyokong mereka, bukan untuk kepentingan publik. Ketika politik uang menjadi patokan, dampaknya tidak hanya terasa pada pemilu. Kita menciptakan budaya apatis di mana generasi mendatang tidak lagi percaya bahwa suara mereka dapat membawa perubahan. Jika kita tidak segera bertindak, kita akan menghadapi masyarakat yang enggan berpartisipasi dalam proses demokrasi, sehingga membiarkan kekuasaan terakumulasi di tangan segelintir orang yang lebih mementingkan kepentingan pribadi ketimbang kesejahteraan bersama.

BACA JUGA :  Ribuan Emak-Emak Antusias Ikuti Senam Sehat Bersama Agus-Nazar Di Rimbo Bujang

 

Untuk mengubah keadaan ini, diperlukan kesadaran kolektif. Seluruh elemen masyarakat harus menilik bahwa suara mereka adalah alat yang sangat berpengaruh terhadap kebijakan kebijakan yang berdampak langsung kepada rakyat. Edukasi politik yang lebih mendalam perlu diberikan, bukan hanya menjelang pemilu, tetapi secara berkelanjutan. Kita perlu membangun pemilih yang cerdas, yang mampu menganalisis calon berdasarkan kinerja dan visi, bukan hanya iming-iming uang.

BACA JUGA :  Hak Sosial-Politik dalam Demokrasi Indonesia: Kebebasan dan Pembatasan

 

Dalam menghadapi Pilkada mendatang, saatnya kita untuk mengubah perspektif dan menyatukan visi untuk selalu bersuara tentang “negative money politics” Kita perlu mengembalikan martabat demokrasi di Sarolangun, menjadikannya tempat di mana suara rakyat dihargai dan pemimpin dipilih berdasarkan kualitas, VOX POPULI VOX DEI suara rakyat adalah suara tuhan.

Share :

Baca Juga

OPINI

Pilkada Kerinci Masih abu abu: Antusiasme Pendukung Di Tengah Ketidakpastian, Siapakah Yang Akan Berlayar?

OPINI

Aspan Hattrick, balas pukulan ARB tapi Yopi Muthalib yang “Tekangkang”

OPINI

**Romi Hariyanto, Sang Nahkoda Tegar di Tengah Badai Politik Jambi**

OPINI

Presiden HIMSAK Tantang Cakada Kedepankan Politik Gagasan di Kerinci dan Sungai Penuh

OPINI

Pasangan AZFAR Pilihan Paling Logis Anak Muda Sungai Penuh

OPINI

Hak Sosial-Politik dalam Demokrasi Indonesia: Kebebasan dan Pembatasan

OPINI

Analisis Pengamat Komunikasi Politik: Head to Head Dillah-MT vs Laza-Aris di Pilkada Tanjab Timur