Dandim 0416/Bute Tegaskan Komitmen TNI Jaga Ketahanan Pangan di Bumi Langkah Serentak Limbai Seayun Polres Kerinci Bagikan 300 Bendera Merah Putih ke Pengendara, Dukung Gerakan Nasional Jelang HUT RI ke-80 Dorong Akses Kesehatan hingga Pelosok, Pemkab Tebo Luncurkan Program Dokter Masuk Dusun Warga Desa Jambu Demo di Kantor Bupati Tebo Desak Kades Dicopot, Wakil Bupati Tebo Turun Tangan Bawa Sabu Hampir 100 Gram, Pria di Tebo Didor Saat Melawan Polisi

Home / OPINI

Rabu, 28 Agustus 2024 - 22:33 WIB

**Romi Hariyanto, Sang Nahkoda Tegar di Tengah Badai Politik Jambi**

Dedi Saputra,S.Sos.,M.I.Kom

Dedi Saputra,S.Sos.,M.I.Kom

**Romi Hariyanto, Sang Nahkoda Tegar di Tengah Badai Politik Jambi**

 

Oleh : Dedi Saputra,S.Sos.,M.I.Kom.

 

Di tengah samudra politik Jambi yang penuh gelombang dan badai, Romi Hariyanto berdiri sebagai nahkoda yang tegar dan tenang. Sebagai calon Gubernur Jambi, ia dihadapkan pada badai politik yang ganas, siap menenggelamkan siapa pun yang tak kuat bertahan. Namun, Romi bukanlah sosok yang mudah goyah. Di hadapan intrik dan manuver politik, ia tampil sebagai figur yang teguh, memahami bahwa inilah seni politik yang sesungguhnya perjuangan yang memerlukan keberanian dan ketenangan.

 

Setiap badai yang menghantam, alih-alih meruntuhkan semangatnya, justru menjadi pengingat bahwa, perjuangannya bukan hanya tentang memenangkan pertarungan politik, tetapi tentang bertahan dengan kehormatan dan prinsip yang utuh. Ketika banyak politisi memilih untuk mundur atau berkompromi, Romi tetap berada di jalur yang lurus, menembus badai yang gelap dengan keyakinan penuh. Baginya, kemenangan sejati adalah ketika ia bisa tetap setia pada nilai-nilai dan cita-cita yang diusung, meski badai datang silih berganti.

BACA JUGA :  Hak Sosial-Politik dalam Demokrasi Indonesia: Kebebasan dan Pembatasan

 

Di sisi Romi, saat ini berdiri tegak seorang Jenderal berwibawa, Sudirman, sebagai calon Wakil Gubernur. Bersama-sama, mereka menyatukan pengalaman dan integritas untuk memimpin Jambi menuju perubahan yang nyata. Pasangan ini bukan hanya simbol kekuatan, tetapi juga harapan baru bagi rakyat Jambi yang selama ini mendambakan pemimpin yang tegas dan berani melawan segala bentuk ketidakadilan.

 

Namun, di balik ketenangan Romi, tersimpan api semangat yang tak pernah padam. Ia paham betul bahwa politik, seperti yang tersirat dalam seloko Jambi, “Sepucuk Jambi Sembilan Lurah, dikandung adat, dijunjung luhak,” adalah perjuangan yang harus dijalani dengan kehormatan. Setiap langkahnya membawa tanggung jawab besar, bukan hanya kepada rakyat, tetapi juga kepada nilai-nilai adat dan budaya yang diwarisinya. Bagi Romi, setiap badai adalah ujian yang harus dilalui dengan kebijaksanaan, seperti yang terpatri dalam hati para leluhur.

BACA JUGA :  Polri Berhasil Ungkap 397 Kasus TPPO dan 482 Tersangka, Selamatkan 904 Korban dalam Sebulan

 

“Tak ado akar, ranti pun jadi,” adalah prinsip yang dipegang teguh oleh Romi dan Sudirman. Meski banyak rintangan, mereka terus maju dengan apa yang ada, mengandalkan kecerdikan dan keteguhan hati. Dalam badai politik yang kencang, Romi dan Sudirman adalah cahaya yang menerangi jalan, menuntun rakyat Jambi menuju masa depan yang lebih cerah. Dengan keyakinan itu, mereka berdua akan membawa kapal ini menuju kemenangan, bukan hanya untuk diri mereka, tetapi juga untuk seluruh rakyat Jambi yang menantikan perubahan sejati.

Share :

Baca Juga

OPINI

Koalisi Di Atas Kertas, Manuver di Bawah Meja: Drama Syarif Fasha Ketua DPW Nasdem Jambi

OPINI

BATANG HARI AIRNYA GARANG: Meluap Lagi, Tak Kenal Musim

OPINI

Pilkada Kerinci Masih abu abu: Antusiasme Pendukung Di Tengah Ketidakpastian, Siapakah Yang Akan Berlayar?

OPINI

Presiden HIMSAK Tantang Cakada Kedepankan Politik Gagasan di Kerinci dan Sungai Penuh

OPINI

Transformasi ekonomi Thailand : Dampaknya terhadap kerja sama regional di Indo-China

OPINI

Hak Sosial-Politik dalam Demokrasi Indonesia: Kebebasan dan Pembatasan

OPINI

Pendidikan Politik: Membangun Kesadaran Masyarakat Dalam Memilih Pemimpin

OPINI

Aspan Hattrick, balas pukulan ARB tapi Yopi Muthalib yang “Tekangkang”