Salat witir dapat diartikan beberapa makna berbeda mulai dari bahasa hingga penafsiran daripada alim ulama atau periwayat hadits.
Ustadz Adi Hidayat mengatakan bahwa witir jika diartikan secara bahasa maka bermakna suatu hal yang ganjil. Di mana seperti diketahui bahwa Allah itu tunggal, ganjil dan menyukai yang ganjil.
Di sisi lain jika dibawa ke konteks ibadah para ulama membawa witir ini dengan dua pendekatan berdasarkan teks hadist yang sampai pada umat saat ini. Pendekatan yang pertama adalah pendekatan yang disepakati, witir adalah penutup dari solat yang ditunaikan.
“Jadi kalau sudah witir malam kita menutup, solat yang ditunaikan terakhir menutup rangkaian solat yang ditunaikan,” ujar ustadz Adi dikutip dalam Akun YouTubenya, Minggu (26/3/2023).
Ustadz Adi mencontohkan seperti seseorang pada saat ramadhan setelah menunaikan salat tarawih dia witir, dalam pemahaman pertama maka sudah tidak ada solat lagi karena sudah ditutup solatnya selesai maka malam diisi dengan tilawah dengan dzikir karena sudah selesai solatnya dengan witir.
“Maka orang-orang yang memahami seperti ini supaya dia bisa sholat lagi dia enggak witir dulu, dia tunaikan tarawihnya witirnya diakhirkan, supaya dia punya kesempatan di malam harinya untuk solat lagi dan dia tutup dengan menggunakan witir, jadi malam dia bisa tahajud dan witirnya di akhirnya,” ujarnya.
Pemahaman kedua yang dimaksudkan witir adalah penutup rangkaian solat yang sebelumnya, namun bisa dibuka kembali.
“Tapi dia bisa membuka kembali, jadi menutup yang sebelumnya dan membuka yang baru, jadi bukan berarti menutup segalanya. Satu kali Nabi Muhammad SAW sudah witir dan setelah witir dia menduga adzan akan berkumandang, tapi ternyata setelah dilihat masih ada jeda jadi beliau kemudian solat lagi, begitu solat kembali dua rakaat adzan berkumandang maka setelah itu selesai beliau tunggu bilal selesai adzan dia kemudian solat sunah dua rakaat sebelum subuh,” ucapnya.
Sumber Warta ekonomi